Kunjungan Sekolah PKBM Bina Insan Kamil ke Istana Presiden Bogor

Sekolah PKBM  mengadakan kegiatan rutin tahunan. “Karya wisata (study tour) ke  Istana Bogor dan Musem Botani, Zoologi dan study banding ke PKBM lain.  tetapi karena diguyur oleh hujan yang lebat,  kunjungan di percepat, setelah dari Museum kepresidenan (Balai kirti)  rombongan langsung menuju  ke Laboratorium Kultur jaringan eshaflora di komplek Taman Cimanggu Bogor.(8/11)

Metode pembelajaran karya wisata( study tour) adalah menyajikan  bahan pelajaran dengan cara  membawa murid langsung kepada objek yang dipelajari, dan objek itu terdapat diluar kelas.

Adapun manfaat di adakannya kegiatan ini adalah, selain untuk mempererat tali silaturahmi juga untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru bersama-sama siswanya berkaryawisata ketempet dimana objek pembelajaran itu berada. Pengetahuan dan pengalaman itu akan berguna bagi kepentingan tugas mengajarnya  dan belajar di kemudian hari.


Istana Bogor 

Dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.

Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 m².

Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.

Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.

Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.

Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.

“Setiap Presiden Pasti Berbuat yang Terbaik Bagi Indonesia”


Museum Kepresidenan RI (Balai Kirti)

Museum Kepresidenan Republik Indonesia di Istana Bogor ini diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014. Di hari terakhir masa jabatannya itu, Presiden SBY meresmikan museum yang sudah digagasnya sejak tahun lalu. Di museum itu, ada patung Presiden SBY dan juga 5 presiden RI sebelumnya.

Museum Kepresidenan Republik Indonesia ini terletak di Istana Bogor, tepatnya di bagian kiri istana. Pintu masuk museum ini tidak jauh dari SMA Negeri 1 Bogor. Di bagian depan Museum Kepresidenan RI ini terdapat sebuah prasasti dengan tulisan “Setiap Presiden Pasti Berbuat yang Terbaik Bagi Indonesia”. Bangunan museum ini memiliki luas 3.211,6 meter persegi.


Museum Kepresidenan Republik Indonesia memiliki bangunan tiga lantai. Di lantai 1, yang dinamakan Galeri Kebangsaan, ditampilkan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Yang paling menarik di lantai ini adalah 6 patung perunggu Presiden RI. Selain itu, Naskah Proklamasi, Lambang Negara, Burung Garuda, Pembukaan UUD 1945, Pancasila, Sumpah Pemuda, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya bisa ditemukan di lantai pertama ini.


Menariknya, di Galeri Kebangsaan ini juga terdapat peta digital yang menggambarkan sejarah perkembangan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ruang audio visual yang akan menayangkan film-film terkait dengan peristiwa dan prestasi presiden-presiden Republik Indonesia. Ini tentu membuat Museum Kepresidenan Republik Indonesia semakin menarik.


Beranjak ke lantai 2, Galeri Kepresidenan, profil masing-masing presiden disajikan dengan runut. Kisah perjalanan kepemimpinan Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo Bambang Yudhoyono disajikan lengkap dengan jubah kebesaran dan ruang kerjanya. Sejarah para presiden ini juga dilengkapi dengan memorabilia, lukisan, album foto digital dan video wall. Di setiap profil itu, kata-kata mutiara masing-masing presiden juga ditampilkan, salah satunya adalah “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah” dari Presiden Soekarno.

Di lantai teratas, lantai 3, ada ruangan besar yang berisi sofa dan taman. Lantai ini sepertinya dibuat untuk tempat bersantai sambil menikmati sejarah para pemimpin bangsa ini.

Esha Flora Plants and Tissue Culture

Adalah lembaga informal yang berusaha mentransfer ilmu pengetahuan dan bioteknologi kepada masyarakat luas agar dapat diterapkan secara real dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat luas.  dan dapat memberikan dampak posisiti bagi pertumbuhan agribisnis di Indonesia dan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat


Esha Flora Plants and Tissue Culture berdiri pada tanggal 09 September 2000 di Bogor, didirikan oleh Bapak Ir Edhi Sandra, Msi (salah satu staf pengajar di Institut Pertanian Bogor) dan istrinya ibu Ir Hapsiati sebagai Direktur Utama.

Pada awal berdirinya Esha Flora, mempunyai  misi penelitian dan pengembangan budidaya tanaman obat, tanaman hutan serta tanaman langka dari seluruh Nusantara.

Kultur jaringan eshaflora


Permasalahan kultur jaringan (kuljar)  di Indonesia adalah persepsi yang keliru bahwa kultur jaringan itu adalah teknologi yang mahal, sulit dan membutuhkan waktu lama. Sedangkan negara tetangga Thailand dan Philipina telah lebih maju dan memasyarakat dalam teknologi kultur jaringan.

Menyikapi hal tersebut dan juga karena banyak permintaan dari masyarakat umum maka pada tanggal  28 Desember 2003 dibukalah kelas pelatihan kultur jaringan dalam sekala rumah tangga untuk umum angkatan pertama. Yaitu melakukan praktek  kultur jaringan dengan memanfaatkan ruangan rumah secara efektif dan efisien dengan menggunakan alat-alat yang sederhana.


Baca Laporan Kegiatan oleh: Misbah Khusudur, Rowi Insan Kamil, Riswanto, Micko, Cici yulia


Untuk pendaftaran sekolah paket ABC dan informasi lebih lanjut hub sekertariat PKBM Bina Insan Kamil   Tangsel dengan ibu Yusnidar ( 0853-4140-6556)

Comments

Popular Posts